BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sampling
Sampling adalah bagian
dari populasi, yang di pilih untuk di teliti, berfungsi sebagai perwakilan dari
seluruh anggota populasi. Atau dapat pula dikatakan proses menerapkan prosedur
audit pada sampel yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna
mengambil kesimpulan menganai total populasi.
Auditor memilih sampel
dari suatu populasi, tujuannya adalah untuk mendapatkan sampel yang
representatif (mewakili). Sampel representatif adalah sampel yang memiliki
karakteristik yang sama seperti populasi. Contoh, anggaplah prosedur
pengendalian intern klien memerlukan seorang pegawai administrasi untuk
melampirkan dokumen pengiriman pada setiap duplikat faktur penjualan, tetapi
prosedur tersebut ternyata tidak dilakukan tapat sebanyak 3 % dari
keseluruhannya. Jika auditor memilih sampel dari 100 duplikat faktur penjualan
dan menemukan bahwa ada 3 yang hilang, maka sampel tersebut adalah
representatif.[1]
B. Pemilihan Sampling
1. Judgement sampling (Non Probabilistic/Non
Statistical)
Adalah
metode pemilihan sampel yang didasarkan pada pertimbangan intensif, yaitu
akuntan menentukan item/obyek/pos mana yang akan dipilih. Jika menggunakan ini,
auditor menentukan judgement (pertimbangan) untuk menentukan ukuran sampel
berdasarkan pengalaman audit.
2. Random (Probabilistic/Statistical)
Adalah
metode pengambilan sampel yang didasarkan pada penggunaan teknik-teknik statistik
atau dengan mengunakan prosedur matematis. Dengan cara ini maka setiap sampel
yang akan diambil mempunyai kesempatan yang sama. Jika mengunakan sampling ini,
auditor harus menetukan ukuran sampel berdasarkan ketepatan (prescision),
keandalan (reliability), dan variabilitas (variability) yang diingunkan.[3]
a. Kecukupan data dapat diukur.
b. Bias atau kesalahan dapat dikurangi.
c. Penggunaan populasi sama dengan sampel yang
dipilih.
d. Sampling dapat digunakan oleh auditor yang
berpengalaman maupun yang belum berpengalaman.
Perbedaan metode sampling
statistik dan sampling non statistik, sebagai berikut:
Metode
|
Sampling statistik
|
Sampling non statistik
|
Analisis
|
Menggunakan rumus/ formula statistik,sehingga judgment yang akan di
gunakan harus di kuantifikasi lebih dahulu sesuai kebutuhan formula
|
Tidak menggunakan rumus/formula statistik, sehingga judgment yang akan di
gunakan tidak perlu di kuantifikasi
|
Pemilihan sampel
|
Harus acak (random)
|
Boleh acak, boleh pula tidak acak
|
Kedua pendekatan ini dapat
di gunakan dalam audit, karena tidak ada satu pihakpun yang dapat menjamin
bahwa salah satu di antara keduanya lebih baik dari yang lain
C. Prinsip-prinsip Sampling
Prinsip-prinsip sampling
sehingga auditor merasa yakin bahwa sampel yang didapatkan memberikan bukti
yang berati, diantaranya:[5]
1. Auditor harus memiliki tujuan audit atas
sampelnya. Sampel objektive memiliki tiga elemen, yaitu criteria berkaitan
dengan materialisme (ketepatan) yang diinginkan, causes berkaitan dengan
tindakan yang diambil auditor, dan effects berkaitan dengan reliabilitas
(tingkat kepercayaan) yang diharapkan.
2. Auditor harus selalu menyakatan tingkat
materialitas yang diinginkan. Nilai sampel akan berada pada range tertentu dan
range ini adalah ukuran ketelitian yang digunakan auditor sebagai standar dari
tujuan auditnya.
3. Auditor harus menyatakan reliabilitas
(kepercayaan) yang diinginkan dan harus tahu risiko yang akan diambil.
4. Auditor harus yakin bahwa keseluruhan
kesuluruhan sampelnya adlah homogen.
5. Uaditor harus yakin bahwa satiap item
memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
6. Auditor harus yakin bahwa melaui teknik
yang tepat, meskipun jumlah sampel kecil tetapi meliki tingkat ketelitian dan
kepercayaan.
7. Kinerja sampel auditor mungkin berbeda
untuk setiap lingkup.
D. Metode Sampling
1. Sampling nomor acak
Merupakan
suatu sampel di mana setiap kombinasi unsur-unsur (pos-pos) dalam populasi
mempunyai kesempatan yangs sama untuk terpilih sebagai sampel.
2. Sampling interval/sistematis
Berarti
memilih sampel pada interval. Setiap unit harus memiliki peluang yang sama
untuk terpilih maka unit pertama dalam proses pemilihan harus diambil secara acak. Pula populasi seharusnya tidak
mempengaruhi pemilihan, auditor harus melakukan dua atau lebih penarikan dari
populasi masing-masing dimulai secara acak.
3. Sampling acak terstratifikasi
Merupakan
sampling yang membagi populasi menjadi dua kelompok atau lebih, kemudian secara
acak dipilih sampel dari tiap strata.
Sedangkan
tiga teknik sampling yang tidak acak meliputi, diantaranya sebagai berikut:
1. Sampling kelompok (cluster sampling)
Sampling
kelompok (cluster sampling) dilakukan dengan memilih acak unit kelompok, lalu
diperiksa secara keseluruhan atau diambil sampel. Sampling kelompok bisa
digunakan untuk memilih:
a. Tempat sampel peralatan dan kemudian sampel
peralatan dalam setiap tempat.
b. Sampel gudang dan sampel catatan persediaan
dari setiap gudang.
c. Sampel laci dokumen dan semua atau beberapa
dokumen yang disimpan dalam laci tersebut.
d. Sampel bulang, minggu, hari, dan sampel
dokumen yang diproses selama periode sampel tersebut.
2. Sampling sembarang (haphzard sampling)
Merupakan
pemilihan sampel tanpa memerhatikan bias atas karakteristik unit sampel serta
tanpa memperhitungkan besaran, sumber, atau karakteristik khas lainnya tanpa
prasangka. Misalnya dalam sampling sembarang atas faktur-faktur, auditor akan
mengambil dokumen apapun yang tersedia dan mengabaikan informasi seperti nomor
faktur, pelanggan, lokasi penjualan, nilai penjualan, jumlah unit yang terjual,
dan lain-lain.
3. Sampel menggunakan pertimbangan (judment
sampling)
Merupakan
pemilihan unit sampel berdasarkan alasan pribadi atau kecurigaan auditor.
E. Metode Pengambilan Sampel Yang
Direkomendasikan
1. Sampling
Atribut
Sampling
atribut digunakan untuk mengestimasi atribut atau karakteristik suatu populasi
untuk mendapatkan jawaban ya atau tidak dengan tingkat keandalan terukur.
Sampling atribut merupakan metode sampling statistik yang digunakan untuk mengestimasi
tingkat kejadian dengan kualitas (atribut) spesifik dalam suatu populasi. Sampling
ini digunakan untuk mengukur tingkat kesalahan dan dipakai untuk pengujian
transaksi. Contoh jika seorang auditor memilih sampel sebanyak 100 item dari
populasi dan menemukan 2 pengecualian tanpa menggunakan metode statistik, maka
dia bisa menyimpulakn bahwa tingkat deviasi sampel adalah 2 %. Tetapi auditor
ini berkepentingan dengan tingkat deviasi populasi, bukan tingkat deviasi
sampel. Satu-satunya cara yang obyektif untuk mendapatkan ukuran atas tingkat
deviasi populasi yang tertinggi (CUDR-Computer Upper Deviation Rate) pada
probabilitas tertentu (tingkat kepercayaan) ialah dengan menggunakan metode statistik.[7]
2. Sampling
Berhenti dan Lanjut (Stop and Go Sampling)
Sampling
ini digunakan untuk mengestimasi tingkat kesalahan atau atribut serupa dari
sampel terkecil yang paling mungkin, yaitu hentikan sampling jika jawaban yang
definitif tidak diperoleh. Contoh auditor memeriksa 50 item dan menemukan tidak
ada kesalahan.
3. Sampling
Penemuan
Sampling
penemuan digunakan jika auditor memeriksa populasi yang dicurigai mengandung
kecurangan atau kesalahan. Populasi seperti ini mungkin mencakup karyawan
faktif pada daftar gaji, duplikasi pembayaran pengiriman yang tidak
diotorisasi, atau jaringan pinjaman yang sebenarnya tidak ada.
4. Sampling
Variabel
Sampling
variabel adalah sampling yang diterapkan jika auditor ingin mencapai kesimpulan
yang bersifat kuantitatif tentang populasi. Sampling ini digunakan untuk
mengestimasi nilai populasi, uang, berat, rantang waktu, dan nilai variabel
lainnya dengan tingkat keandalan terukur. Sampling variabel bisa digunakan
untuk mendapatkan estimasi berdasarkan sampel nilai persediaan, nilai vocher
perjalan yang tidak diotorisasi, nilai umur piutang, dan sebagainya.
F. Tujuan Sampel dan Ketelitian
Dalam audit manajemen dan
uadit program, informasi yang diperoleh dari sampel audit akan dibuktikan
berdasarkan tujuan audit awal. Ilustrasi tujuan sampel mengenai penentuan dari
item nilai terendah dan nilai tertinggi persediaan dalam audit manajemen adalah
sebagai berikut:[8]
Penentuan nilai persediaan
yang tepat merupakan causes (tindakan auditor), tingkat kepercayaan yang
diharapkan (effects) sebesar 90 %, dengan batas yang dapat diterima ± 25.000
dari item nilai total persediaan sebesar Rp 1.500.000 dan jumlah nilai terendah
sebesar 50.000 item (criteria tingkat ketelitian).
Di sini dapat dilihat
bahwa tujuan sampel termasuk: criteria, effect, dan cause. Ketelitian dan
kepercayaan dibuat untuk menentukan keobyektifan dari ukuran sampel.
Ketelitian menjadi standar
untuk mengukur hasil yang akurat, setiap deviasi ditetapkan ketelitiannya
sehingga menjadi jumlah yang material. Seperti contoh di atas sampel memiliki
probabilitas dengan batas yang dapat diterima, auditor merubah total
rat-ratanya menjadi rata-rata ketelitian. Contoh, jika nilai yang tercatat dari
persediaan adalah Rp 1.500.000 dan jumlah persediaannya sebesar 50.000, maka
rata-rata hitung persediaan adalah Rp 30,00 (Rp 1.500.000/50.000). rata-rata
ketelitian sebesar Rp 0,50 (Rp 25.000/50.000).
G. Keyakinan dan Risiko
Risiko merupakan
persentase mengenai kemungkinan bahwa nilai sampel tidak akan merepresentasikan
kesamaan dengan batasan ketelitian. Keyakinan dapat diartikan bahwa sampel
berada dalam batasan ketelitian dibanding risiko yang akan diperoleh, misalnya
keyakinan sebesar 95 %. Risiko sampling diantaranya:[9]
1. Risiko keliru menerima (risk incorrect
acceptance), yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa
saldo akun tidak berisi salah saji secara material padahal kenyataannya telah
salah saji material.
2. Risiko keliru menolak (risk of incorrect
rejection), yaitu risiko mengambil kesimpulan berdasarkan hasil sampel, akan
berisi salah saji material, padahal tidak berisi salah saji material.
3. Risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk too low),
yaitu risiko menetukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sampel,
terlalu rendah dibandingkan dengan efektivitas operasi pengendalian yang
sesungguhnya.
4. Risiko penentuan tingkat risiko
pengendalian yang terlalu tinggi (risk
of assessing control risk too high), yaitu risiko menentukan tingkat risiko
pengendalian, berdasarkan hasil sampel, terlalu tinggi dibandingkan dengan
efektivitas operasi pengendalian yang sesungguhnya.
I. Tahapan audit sampling
Tahapan audit sampling ada
6 (enam) tahapan yaitu, sebagai berikut:
- Menyusun rencana
audit
- Menetapkan
jumlah/unit sampel
- Memilih sampel
- Menguji sampel
- Mengestimasi
keadaan populasi